LIMA PESAN RASULULLAH SAW.
LIMA PESAN RASULULLAH SAW.
(Judul asli LIMA PESAN NABI)
Di edit kembali untuk
Khutbah Jumat
Oleh : H.A. ROZAK ABUHASAN, MBA
2012-03-30
KHOTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُبِااللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وِمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
اَشْهَدُ اَنْ لآَاِلهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللّهُمَّ صَلِّى عَلىَ مُحَمَّد
وَعَلَى آلِهِ وَصَحـْبِهِ اَجْمَعِيْنَ.
إِتَّقُوْا
اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُونَّ
إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ (3:102)
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا
رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ
وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا 4:1
أَمَّا بَعْدُ
Kaum muslimin jamaah jumat masjid
Al-Fajr rahimakumullah Segala puji bagi
Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nyalah kita bersyukur atas limpahan kenikmatan
yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita. Dialah Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan
nikmat keimanan, rezeki dan kesehatan kepada kita.
Dialah pula yang telah menyisipkan
hidayah dalam hati kita, yang dengan hidayah tersebut, Allah SWT telah
menggerakkan hati kita untuk melangkahkan kaki kita menuju masjid ini. Sehingga
kita bisa berkumpul bersama untuk menunaikan kewajiban kita sebagai seorang
muslim, yaitu melaksanakan shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah Jum’at yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan ibadah shalat Jum’at ini.
Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah terakhir Muhammad shallaLlahu alayhi wa sallam. Semoga kecintaan kita kepada
beliau SAW, dapat mempertemukan kita dengannya nanti di syurga, bersama dengan
para Nabiyyin, shiddiqin, syuhadaa’
dan shalihin.
Ikhwatal Iman
rahimakumullah... jamaah shalat jum’at yang
berbahagia. Selanjutnya, izinkanlah khatib mengingatkan kita semua termasuk
diri khotib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena tidak ada bekal terbaik yang dapat
menyelamatkan kita dalam kehidupan di dunia dan akhirat kelak kecuali taqwa.
Tidak ada pula derajat kemuliaan
yang pantas disematkan kepada seseorang kecuali derajat ketaqwaan... Inna akramakum indallahi atqakum...
Dengan taqwa kepada Allah inilah kita berupaya menjalani kehidupan sehari-hari
kita.
Ikhwatal Iman rahimakumullah...
jamaah shalat jum’at yang berbahagia
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad diceritakan bahwa ketika hari keberangkatan Muadz bin Jabal untuk berdakwah ke Yaman telah tiba, Muadz berpamitan kepada Rasulullah saw dan para sahabat lainnya. Rasa berat meninggalkan kampung halaman apalagi harus berpisah dengan Rasul membuatnya menangis. Rasul kemudian bertanya: “Mengapa engkau menangis?”. Muadz menjawab: “Wahai Rasulullah, aku menangis karena akan berpisah denganmu”.
Menghadapi kenyataan ini, maka Rasulullah saw berpesan kepada Muadz . Beliau bersabda:
لاَ تَجْزَعْ إِنَّ الْجَزَعَ مِنَ الشَّيْطَانِ يَامُعَاذُ إِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَاكُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ يَامُعَاذُ اذْكُرُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ عِنْدَ كُلِّ حَجَرٍ وَشَجَرٍ وَمَدَرٍ
"Janganlah bersedih, karena sesungguhnya bersedih itu datangnya dari syaitan. Wahai Muadz, bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya, dan berakhlaklah kepada orang lain dengan akhlak yang baik. Wahai Muadz, ingatlah selalu kepada Allah azza wa jalla, baik ketika berada di daerah bebatuan, daerah penuh pepohonan maupun daerah perkotaan."
Dari hadits di atas, dapat kita simpulkan bahwa untuk menjalani kehidupan dengan baik, Rasulullah saw berpesan lima hal yang juga merupakan pesan kepada ummatnya/kepada kita sekalian dalam kita menjalani hidup ini.
Pertama, tidak Bersedih. Pada dasarnya kesedihan merupakan sesuatu yang wajar, karenanya hal ini ada pada setiap orang. Rasa sedih akan muncul ketika seseorang akan berpisah dengan orang yang dicintainya, apakah dengan sebab akan pergi lama atau kematian dan kehilangan apa yang dimiliki. Namun kesedihan bisa menjadi tidak wajar dan tidak bisa dibenarkan serta hal ini dianggap datangnya dari syaitan ketika dengan sebab sedih seseorang tidak mau pergi menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya atau ketika terjadi kematian orang yang dicintainya, ia tidak bisa menerima kenyataan itu atau bisa juga sedih karena kehilangan harta yang membuatnya menjadi putus asa.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad diceritakan bahwa ketika hari keberangkatan Muadz bin Jabal untuk berdakwah ke Yaman telah tiba, Muadz berpamitan kepada Rasulullah saw dan para sahabat lainnya. Rasa berat meninggalkan kampung halaman apalagi harus berpisah dengan Rasul membuatnya menangis. Rasul kemudian bertanya: “Mengapa engkau menangis?”. Muadz menjawab: “Wahai Rasulullah, aku menangis karena akan berpisah denganmu”.
Menghadapi kenyataan ini, maka Rasulullah saw berpesan kepada Muadz . Beliau bersabda:
لاَ تَجْزَعْ إِنَّ الْجَزَعَ مِنَ الشَّيْطَانِ يَامُعَاذُ إِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَاكُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ يَامُعَاذُ اذْكُرُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ عِنْدَ كُلِّ حَجَرٍ وَشَجَرٍ وَمَدَرٍ
"Janganlah bersedih, karena sesungguhnya bersedih itu datangnya dari syaitan. Wahai Muadz, bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya, dan berakhlaklah kepada orang lain dengan akhlak yang baik. Wahai Muadz, ingatlah selalu kepada Allah azza wa jalla, baik ketika berada di daerah bebatuan, daerah penuh pepohonan maupun daerah perkotaan."
Dari hadits di atas, dapat kita simpulkan bahwa untuk menjalani kehidupan dengan baik, Rasulullah saw berpesan lima hal yang juga merupakan pesan kepada ummatnya/kepada kita sekalian dalam kita menjalani hidup ini.
Pertama, tidak Bersedih. Pada dasarnya kesedihan merupakan sesuatu yang wajar, karenanya hal ini ada pada setiap orang. Rasa sedih akan muncul ketika seseorang akan berpisah dengan orang yang dicintainya, apakah dengan sebab akan pergi lama atau kematian dan kehilangan apa yang dimiliki. Namun kesedihan bisa menjadi tidak wajar dan tidak bisa dibenarkan serta hal ini dianggap datangnya dari syaitan ketika dengan sebab sedih seseorang tidak mau pergi menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya atau ketika terjadi kematian orang yang dicintainya, ia tidak bisa menerima kenyataan itu atau bisa juga sedih karena kehilangan harta yang membuatnya menjadi putus asa.
Oleh
karena itu, ketika Muadz bin Jabal nampak begitu sedih ketika akan berpisah
dengan Rasul dan para sahabat serta harus meninggalkan kota Makkah yang
dicintainya, beliau menyatakan bahwa kesedihan datangnya dari syaitan bila hal
itu sampai menyebabkan semakin berat langkah Muadz untuk menunaikan tugas. Laa
Tajza’ dalam hadits di atas bisa dipahami sebagai tidak sabar terhadap sesuatu
yang menimpa yang membuat seseorang menjadi sedih.
Kedua, Bertaqwa Dimana Saja. Taqwa adalah memelihara diri dari siksa Allah dengan mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya dalam situasi dan kondisi apapun, bahkan dimanapun seseorang berada, ini merupakan kunci kemuliaan bagi manusia sehingga setiap mukmin harus berusaha untuk bertaqwa kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya taqwa. Allah swt menurunkan Al-Qur’an yang tidak diragukan sedikitpun kebenarannya agar menjadi petunjuk untuk mencapai ketaqwaan. Taqwa disebutkan oleh Allah swt sebagai sebaik-baik pakaian yang sebagaimana pakaian jasmani harus selalu melekat dalam tubuh manusia kemanapun ia pergi dan dimanapun ia berada, maka taqwa sebagai pakaian rohani harus selalu melekat dalam jiwa manusia sehingga menjadi warna dan arah kehidupan. Taqwa juga menjadi sebaik-baik bekal dalam kehidupan ini di dunia dan untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, sehingga taqwa menjadi asas bagi diterimanya suatu amal oleh Allah swt.
Oleh karena itu, bila seseorang telah bertaqwa, maka ia menjadi manusia yang paling mulia sebagaimana Allah swt berfirman:
يَـآيُّهَا النَّاس اِنَّا خَلَقْـنـاكم مِن ذَكَرٍ اَوْ اُنثَى وَجَعَلنكُم شُعُوبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوا اِنَّ اَكرَمَكُم عِندَ اللهِ اَتقَكمْ اِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu terdiri dari seorang lelaki dan perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah diantara kamu adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS Al Hujurat [49]:13).
Ketiga, Menghapus Keburukan Dengan Kebaikan. Sebagai manusia yang sering dikatakan sebagai makhluk yang tidak luput dari salah dan dosa, maka keburukan yang telah dilakukan tidak boleh menjadi kebiasaan apalagi sampai membentuk karakter kepribadian yang buruk. Oleh karena itu, setelah bertaubat dari kesalahan, setiap muslim harus menghapus dan menutupi kesalahan itu dengan kebaikan sehingga perbuatan baik mendominasi perjalanan hidup kita, bahkan sekalipun orang tidak bisa melupakan keburukan yang pernah kita lakukan tetap saja mereka bangga dengan kebaikan yang sekarang kita lakukan.
Banyak sekali kebaikan yang harus kita lakukan dalam hidup ini, karena itu rasanya tidak cukup waktu bagi kita untuk melaksanakan semuanya sehingga saat kesempatan berbuat baik sudah ada, setiap kita harus melakukannya sesegera mungkin agar jangan sampai kita menjadi orang yang menyesal dan lebih tragis lagi adalah bila penyesalan itu terjadi dalam kehidupan di akhirat.
Kedua, Bertaqwa Dimana Saja. Taqwa adalah memelihara diri dari siksa Allah dengan mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya dalam situasi dan kondisi apapun, bahkan dimanapun seseorang berada, ini merupakan kunci kemuliaan bagi manusia sehingga setiap mukmin harus berusaha untuk bertaqwa kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya taqwa. Allah swt menurunkan Al-Qur’an yang tidak diragukan sedikitpun kebenarannya agar menjadi petunjuk untuk mencapai ketaqwaan. Taqwa disebutkan oleh Allah swt sebagai sebaik-baik pakaian yang sebagaimana pakaian jasmani harus selalu melekat dalam tubuh manusia kemanapun ia pergi dan dimanapun ia berada, maka taqwa sebagai pakaian rohani harus selalu melekat dalam jiwa manusia sehingga menjadi warna dan arah kehidupan. Taqwa juga menjadi sebaik-baik bekal dalam kehidupan ini di dunia dan untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, sehingga taqwa menjadi asas bagi diterimanya suatu amal oleh Allah swt.
Oleh karena itu, bila seseorang telah bertaqwa, maka ia menjadi manusia yang paling mulia sebagaimana Allah swt berfirman:
يَـآيُّهَا النَّاس اِنَّا خَلَقْـنـاكم مِن ذَكَرٍ اَوْ اُنثَى وَجَعَلنكُم شُعُوبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوا اِنَّ اَكرَمَكُم عِندَ اللهِ اَتقَكمْ اِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu terdiri dari seorang lelaki dan perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah diantara kamu adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS Al Hujurat [49]:13).
Ketiga, Menghapus Keburukan Dengan Kebaikan. Sebagai manusia yang sering dikatakan sebagai makhluk yang tidak luput dari salah dan dosa, maka keburukan yang telah dilakukan tidak boleh menjadi kebiasaan apalagi sampai membentuk karakter kepribadian yang buruk. Oleh karena itu, setelah bertaubat dari kesalahan, setiap muslim harus menghapus dan menutupi kesalahan itu dengan kebaikan sehingga perbuatan baik mendominasi perjalanan hidup kita, bahkan sekalipun orang tidak bisa melupakan keburukan yang pernah kita lakukan tetap saja mereka bangga dengan kebaikan yang sekarang kita lakukan.
Banyak sekali kebaikan yang harus kita lakukan dalam hidup ini, karena itu rasanya tidak cukup waktu bagi kita untuk melaksanakan semuanya sehingga saat kesempatan berbuat baik sudah ada, setiap kita harus melakukannya sesegera mungkin agar jangan sampai kita menjadi orang yang menyesal dan lebih tragis lagi adalah bila penyesalan itu terjadi dalam kehidupan di akhirat.
Keempat Berakhlak Baik. Manusia antar satu dengan
lainnya harus bergaul dan berinteraksi, karena itu, Nabi berpesan kepada Muadz
yang juga berarti kepada kita semua agar kita bergaul dan mempergauli manusia
dengan akhlak yang baik, apalagi Allah swt mengutus Rasul untuk memperbaiki
akhlak manusia. Dalam rangka mempergauli manusia dengan akhlak yang baik, telah
diatur dan dicontohkan bagaimana suami harus berakhlak baik kepada isterinya,
begitu juga dengan isteri kepada suaminya. Orang tua harus berakhlak baik
kepada anak, begitu juga dengan anak kepada orang tuanya dan begitulah
seterusnya harus berakhlak baik kepada sesama manusia seperti kepada tamu,
tetangga dan sebagainya. Akhlak yang baik pada diri manusia merupakan cermin
dari keimanannya yang sempurna, karenanya menjadi amat penting untuk
menunjukkan akhlak manusia dihadapan sesama manusia karena hal ini menjadi
tolok ukur keimanan.
Kelima Selalu Berdzikir.
Secara harfiyah, dzikir artinya mengingat, menyebut. Orang yang berdzikir
kepada Allah swt berarti orang yang ingat kepada Allah swt yang membuatnya
tidak akan menyimpang dari ketentuan-ketentuan-Nya. Ini berarti dzikir itu
bukan sekadar menyebut nama Allah, tapi juga menghadirkannya ke dalam jiwa
sehingga kita selalu bersama-Nya yang membuat kita menjadi terikat kepada
ketentuan-ketentuan-Nya. Bagi seorang muslim, berdzikir merupakan hal yang amat
penting, karenanya satu-satunya perintah Allah swt yang menggunakan kata katsira (banyak) adalah perintah
dzikir kepada-Nya sebagaimana firman Allah swt:
يَآ يُّـهَـا الَّذِين اَمَنُوا اذُكُـرُ اللهَ ذِكرًا كَثِيرُا ...
"Hai orang yang beriman, berdzikirlah kamu kepada Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya"(QS Al Ahzab [33]:41).
Untuk menggambarkan betapa penting dzikir bagi seorang muslim, Rasulullah saw sampai mengumpamakannya antara orang yang hidup dengan orang yang mati, ini berarti dzikir itu akan menghidupkan jiwa seorang muslim,
يَآ يُّـهَـا الَّذِين اَمَنُوا اذُكُـرُ اللهَ ذِكرًا كَثِيرُا ...
"Hai orang yang beriman, berdzikirlah kamu kepada Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya"(QS Al Ahzab [33]:41).
Untuk menggambarkan betapa penting dzikir bagi seorang muslim, Rasulullah saw sampai mengumpamakannya antara orang yang hidup dengan orang yang mati, ini berarti dzikir itu akan menghidupkan jiwa seorang muslim,
Rasulullah saw bersabda:
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَيَذْكُرُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
"Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dengan orang yang tidak berdzikir seperti orang hidup dan orang mati"(HR. Bukhari).
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَيَذْكُرُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
"Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dengan orang yang tidak berdzikir seperti orang hidup dan orang mati"(HR. Bukhari).
أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لله رَبّ
الْعَالَمِيْنَ، وَأَشْهًدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلِيِّ الصَّالِحِيْنَ، وَأَشْهَدُ
أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْبِيًاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، اَلّلهُمّ صَلِّي عَلَى
مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمّد كَمَا صَلَيْتَ عَلَى آلِ ِإْبرَاهِيْمَ وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمّدِ وَعَلَى آلِ مُحَمّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فَِي
الْعَالَمِيْنَ إِنّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، أَمّا بَعْدُ:
Hadirin jamah jumat Rohimakumullah.
Ruang lingkup atau cakupan berdzikir amat luas. Secara garis
besar, dzikir bisa dilakukan dengan tiga cakupan.
Pertama, dzikir dengan hati, yakni selalu ingat dan merasa dekat kepada Allah swt. Ia merenungkan sifat-sifat Allah dengan segala ketentuan-ketentuan-Nya. Merasa dekat dengan Allah swt membuat seseorang menjadi sangat hati-hati dalam menjalani kehidupan ini agar tidak melanggar ketentuan-ketentuan-Nya.
Kedua, dzikir dengan lisan yakni menyebut atau mengucap nama Allah swt ketika akan melakukan sesuatu atau sesudahnya.
Ketiga, dzikir dengan amal, yakni melakukan segala sesuatu dalam kerangka ingat kepada Allah yang membuat kita tidak mungkin melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan Allah swt.
Pertama, dzikir dengan hati, yakni selalu ingat dan merasa dekat kepada Allah swt. Ia merenungkan sifat-sifat Allah dengan segala ketentuan-ketentuan-Nya. Merasa dekat dengan Allah swt membuat seseorang menjadi sangat hati-hati dalam menjalani kehidupan ini agar tidak melanggar ketentuan-ketentuan-Nya.
Kedua, dzikir dengan lisan yakni menyebut atau mengucap nama Allah swt ketika akan melakukan sesuatu atau sesudahnya.
Ketiga, dzikir dengan amal, yakni melakukan segala sesuatu dalam kerangka ingat kepada Allah yang membuat kita tidak mungkin melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan Allah swt.
Karena begitu penting berdzikir kepada Allah swt, maka
kepada sahabatnya Muadz bin Jabal beliau pesan hal ini untuk selalu dilakukan
dimanapun saja ia berada dan bagaimanapun situasi dan kondisinya.
Manakala pesan Rasul kepada Muadz bin Jabal yang berarti
kepada kita semua bisa kita laksanakan dalam hidup ini, niscaya kehidupan yang
hasanah (kehidupan yang baik) di dunia dan akhirat sebagaimana yang selalu kita
panjatkan Insya Allah bisa kita peroleh.
Marilah kita berdoa,
memohon kepada Allah Swt. :
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى
سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ
اَجْمِعِيْنَ
v
Ya Allah semoga kami termasuk
orang-orang yang senang kepada kebaikan, yang menghiasi diri dengan akhlak yang
mulia dan menjauhkan diri dari keburukan orang yang berjiwa buruk dan pelaku
keburukan serta jauhkan diri kami dari keburukan orang-orang yang suka berbuat
kerusakan.
v
Ya Allah berikan taufiq-Mu kepada kami
untuk bisa mengamalkan sabda Rasulullah Saw.: “untuk bertaqwalah kepada Allah dimanapun kami
berada, untuk mengikuti keburukan dengan kebaikan yang niscaya kebaikan akan
menghapuskannya, dan untuk berakhlaklah kepada orang lain dengan akhlak yang
baik.
v
Ya Allah berikan keberkahan-Mu kepada
kami semuanya dengan Al-Qur’an yang mulia, dan berikan manfaat bagi kami semua
dengan petunjuk penghulu para nabi.
v
Ya Allah ampuni kami semua dari segala
dosa dan ampuni seluruh kaum muslimin dan muslimat. Ampuni pula kedua orang tua
kami.
v
Ya Allah yang Maha Pengampun lagi
penerima taubat, ampuni kami dari
kesalahan
dan kelalaian kami, dari perbuatan jelek dan keji kami, karena Engkau adalah
Zat Yang Pengampun lagi menerima taubat.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ
وَمِنْ قُلُوْبٍ لاَ تَخْشَعُ وَمِنْ نُفُوْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ
يُسْتَجَابُ لَهَا
Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang
tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak
dikabulkan.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا
وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri sendiri, jika
Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Ya Allah ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di
dunia dan akhirat, dan peliharalah kami dari api neraka.
YA ALLAH SEHAT AFIAT KAMI SEMUA,
SEHAT AFIATKAN ORANG-ORANG YANG KAMI SAYANGI, KELUARGA KAMI, SAHABAT KAMI YANG
SAAT INI LAGI SAKIT; SEMBUHKAN MEREKA DARI PENYAKITNYA DAN ENGKAU BERSIHKAN
DOSA MEREKA
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا
إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ
التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
وَاَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَاعَزِيْزُ يَاغَفَّارُ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal dan doa kami),
sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dan ampunilah
kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Dan masukkanlah kami kedalam Syurga-Mu beserta
orang-orang yang baik, Wahai Zat Yang Maha Mulia dan Maha Pengampun yang Mengurus alam seisinya
v Demikianlah khutbah jumat pada siang kali ini, semoga
bermanfaat bagi kita semua, mohon maaf atas segala kesalahan
بَارَكَ اللهُ فِى القُرآنِ العَظِيمِ
وَنَفَعَنِي وَايَّاكُم بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ والذِّكرِ الحَكِيم, اِنَّهُ
هُوَ السَّمِيعُ العَلِيم فَاستَغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لِيْ وَلَكُمْ اِنَّهُ
هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيْم
Assalamualaikum Wr. Wb.
Sumber:
http://www.khutbah-jumuah.co.cc/
Oleh: Drs. Ahmad Yani